Cari Blog Ini

Selasa, 15 Februari 2011

Ohh Kereta Ohh Derita...

(foto:www.google.com)
Kadang hari itu berubah dengan cepat, seandainya aku bisa mengatur semua waktu dan hari…mungkin aku akan lebih baik dari hari ini.
Tantangan disebuah kota Jakarta dengan begitu banyak hal, membuatku terpaksa harus lebih berusaha, dan mandiri. Aku ingin sekali hidup bahagia dengan serba kecukupan, namun tantangan dihadapanku sangat sulit aku kejar. Begitu banyak cerita yang harus kutorehkan dalam sehelai kertas, dengan pikiran yang serba kacau lalu kubuatlah cerita hati.
Pagi itu aku terbangun dengan mata yang masih terpejam, rambut kusut, dan tempat tidur dengan bantal yang berantakan. Aku teringat langsung pada arah jarum jam yang berdetak diatas meja belajarku.
“Ha?! Jam 7.20, keretaaaaaaaaaku?” telaaaaaatt.
Dengan sigap aku langsung meraih handuk yang berada di atas daun pintu kamarku.
Braaakkk….bunyi suara pintu yang baru saja aku buka. Tiba-tiba gantungan yang ada diatas daun pintu kamarku terjatuh dan mengenai kepalaku. “aw aw aw sakiiit lumayan dari pada gw manyun dah!.”
Dengan berwajah cemas, aku pun melewati kamar adikku Fitri, yang letaknya persis disebelah kamarku. Namun,
ciiiit….GUBRAK…!”lalu aku terjatuh dan terjatuh lagi.” Tidak lain dan tidak bukan persis seperti lagu yang pernah dinyanyikan vokalis band ternama peterpan. Ternyata lantai yang kulewati baru saja di-pel oleh adikku.
Betul-betul hari yang teramat sangat menyedihkan, sudah jatuh tertimpa tangga.
Tapi aku tetap bergegas mandi, dan lagi lagi kuarahkan kedua bola mataku ke arah jarum jam. Waktu terus berjalan, aku pun semakin bertambah cemas. Habis sudah yang ada dipikiranku hanya kereta-kereta dan kereta. Memang kereta sudah menjadi bagian dari aktivitas hidupku sehari-hari. Kereta yang mengantarkanku dari arah Serpong-Jakarta ini kadang jadwal perjalanannya tidak menentu. Maklum saja terkadang alasan utamanya adalah kereta silang, sangat membosankan. Alasan yang sungguh klasik.
Setelah aku selesai mandi dan mengenakan pakaian aku pun langsung mengambil tas, dan meminta uang pada ibuku.
“Bu, minta duit?” pintaku sambil melihat-lihat jam tangan.
Kemudian ibuku memberikan uang cukup untuk pulang pergi dan makan. Beruntung hari ini hasil penjualan makanan orangtuaku habis terjual.
Tidak lupa aku pun mencium tangan ibuku dan bergegas berangkat, dengan terburu-buru, dan akhirnya terpaksa aku menyewa ojek motor yang ada di depan rumahku. Selama perjalanan aku berharap bisa tiba tepat waktu.
Ternyata setelah aku tiba rangkaian kereta yang biasa aku tumpangi ke Jakarta melambaikan tangannya. Itu artinya keretaku pergi sudah. Tinggal rasa kesal di dada, sesak di hati, ingin ku teriak… AAAAAAA
Cukup sudah penderitaan hari itu, dengan rasa kecewa aku pun berniat menghubungi teman sekampusku Rina. Dan mungkin inilah penderitaan paling terakhir ternyata telepon genggamku tertinggal. Ya Allah…semoga ini menjadi deritaku yang paling akhir.
Oh keretaku…! (Dasar ga punya etika udah cape-cape ngejar malah ditinggalin) ;p

1 komentar: